Menjelang akhir kerajaan Joseon ketika Joseon mengalami kesulitan akibat gangguan dari negara di dunia Barat, Jepang, Rusia dan kerajaan Qing serta kekacauan politik dalam negeri, Maharani Myeongseong yang diangkat sebagai ratu pada akhir kerajaan Joseon cukup menunjukkan penampilan luar biasa. Alasannya adalah karena Maharani Myeongseong adalah seorang politikus yang melancarkan reformasi dengan bijaksana dan juga ingin menjaga negara secara mandiri.
Menjadi Ratu Di Joseon
Maharani Myeongseong bernama Min Ja-yeong yang lahir di kota Yeoju pada tahun 1851 pandai sejak masih kecil. Khususnya, kepandaiannya cukup menarik minat seorang sanak familinya, yaitu tante klan Min, isteri Heungseon Daewongun atau ibu raja Gojong. Sebenarnya, Min Ja-yeong ditetapkan sebagai ratu raja Gojong dalam usia 16 tahun dengan mendapat rekomendasi dari tante klan Min, sehingga ratu Min mulai menjalani hidupnya sebagai ratu rakyat Joseon.
Berjuang Untuk Menjaga Negara
Menurut catatan di luar negeri, Maharani Myeongseong dianggap sebagai wanita dengan naluri tajam dan kepandaian intelektual. Dia juga adalah politikus ulung yang mengatasi batasan-batasan sebagai seorang wanita. Namun, Maharani Myeongseong tidak ambil bagian dalam urusan politik pada awalnya.
Walaupun upacara pernikahan sudah berlangsung, namun raja Gojong tidak mendekati ratunya, sehingga Maharani Myeongseong menghilangkan rasa sepinya dengan membaca buku. Maharani Myeongseong memiliki dua orang putra. Namun, kedua putranya meninggal dunia dalam usia masih kecil dan bahkan konflik dengan ayah mertuanya yang campur tangan dalam semua urusan rumah tangga dan negara mencuat ke permukaan. Khususnya, kebijakan isolasi, pendirian kembali Istana Gyeongbok, dll yang dilancarkan oleh Heungseon Daewongun menyulitkan keadaan masyarakat, sehingga raja Gojong dan Maharani Myeongseong mengusir Daewongun dalam urusan negara pada tahun 1873.
Kembang Api Terakhir Di Kerajaan Joseon
Raja Gojong yang mengambil alih dalam urusan negara dengan mandiri membuka negara terhadap dunia luar, sehingga kerajaan pada waktu itu melakukan hubungan diplomatik dengan Jepang dan neara-negara di Barat. Namun, unit militer lama yang memiliki ketidakpuasaan terhadap unit militer baru bergaya Barat yang diterapkan pada tahun 1882 menimbulkan pemberontakan, sehingga Maharani Myeongseong menghadapi krisis kehilangan kekuasaannya. Tapi berkat daya diplomasinya, Maharani Myeongseong berhasil memegang kendali penuh atas istana dengan mendapat bantuan dari negara Qing.
Untuk mencegah campur tangan Jepang yang semakin serius, Maharani Myeongseong menerapkan kebijakan pro-Rusia. Akhirnya, Maharani Myeongseong memberikan tantangan dengan Jepang secara lebih aktif. Jepang mengangap Maharani Myeongseong sebagai kerikil dalam menginvasi Joseon, karena mereka berniat untuk membunuh Maharani Myeongseong. Kejadian berdarah yang terjadi pada tahun 1895 itu dikenal sebagai 'Insiden Eulmi'. Insiden tersebut memicu sentimen anti Jepang di Joseon dan semangat rakyat itu menyemarakkan perjuangan kemerdekaan di kemudian hari. Pada tahun 1897, Raja Gojong juga memproklamasikan berdirinya Kekaisaran Han Raya untuk menjadikan Joseon sebagai negara merdeka. Demikianlah, Maharani Myeongseong menjadi simbol untuk kedaulatan kerajaan Joseon yang terakhir.
Komentar
Posting Komentar